-->

Militan Filipina Umumkan Tenggat Waktu Eksekusi Sandera Asing


Kelompok militan Filipina mengumumkan tenggat waktu baru pembayaran tebusan untuk para sandera asing, yakni 25 April 2016. Jika permintaan tebusan tidak terpenuhi sebelum tenggat waktu, kelompok militan ini bersumpah akan mengeksekusi para sandera. 

Penetapan tenggat waktu diumumkan melalui rekaman video yang diunggah kelompok ini ke media sosial pada Jumat (15/4). Para sandera asing yang ditampilkan dalam video itu adalah dua warga Kanada dan seorang Norwegia. Terdapat pula seorang wanita asal Filipina yang disandera. 

Sementara, 10 warga negara Indonesia yang disandera militan Filipina sejak pertengahan Maret lalu, beserta empat WNI lainnya yang disandera pada Jumat, tidak ditunjukkan dalam rekaman video ini. 

Reuters melaporkan bahwa para sandera asing yang ditunjukkan dalam video itu diculik dari sebuah resor pantai di pulau wilayah selatan Filipina pada September lalu. 

Para sandera diyakini disekap di sebuah hutan di Pulau Jolo. Wilayah ini dikenal sebagai markas kelompok militan Abu Sayyaf yang kerap meluncurkan serangan pengeboman, pemenggalan dan penculikan. Reuters sendiri tidak menyebut Abu Sayyaf sebagai kelompok yang menculik para sandera asing ini. 

Dalam video tersebut terlihat para tawanan, dengan parang di leher mereka, meminta agar keluarga dan pemerintah negara mereka membayar uang tebusan sebesar 300 juta peso untuk menebus tiap sandera. Besaran tebusan ini menurun dari yang dituntut pada tahun sebelumnya, yakni satu miliar peso untuk setiap sandera. 

"Ini adalah ultimatum. Kami pasti akan memenggal kepala salah satu dari empat sandera ini," kata salah satu anggota kelompok militan yang menggunakan penutup wajah. 

Dia menambahkan bahwa tenggat waktu eksekusi para sandera adalah pukul 15.00 pada 25 April 2016. 

Dalam video itu, kelompok militan tidak menjelaskan alasan besaran uang tebusan yang mereka tuntut menurun dari sebelumnya, dan mengapa mereka menetapkan tenggat waktu baru. 

Terkait hal ini, juru bicara militer Filipina menolak berkomentar dan menyatakan dia belum melihat video yang dimaksud. 

Sementara, juru bicara kementerian luar negeri Kanada, Rachna Mishra menyatakan pemerintah Kanada sudah mengetahui soal video.

"(Kami) tidak akan berkomentar atau memberikan informasi apa pun yang dapat membahayakan upaya atau membahayakan keselamatan warga negara Kanada," kata Mishra dalam pernyataannya. 

Rekaman video berdurasi hampir dua menit yang diunggah di YouTube ini menunjukkan para sandera memohon agar tuntutan kelompok militan ini dipenuhi.

"Saya diminta memberitahu Anda bahwa uang tebusan saya adalah 300 juta," kata seorang pria yang mengidentifikasi dirinya bernama Robert Hall.

"Permohonan saya khususnya kepada pemerintah Kanada, yang, saya tahu, memiliki kapasitas untuk membuat kami dilepaskan. Saya bertanya-tanya apa yang mereka tunggu," ujarnya. 

Selain Hall, seorang warga Kanada lain dan seorang warga Norwegia juga mengajukan permohonan serupa. Namun, sandera wanita asal Filipina tidak diizinkan untuk berbicara.

video ancaman semacam ini merupakan kali keempat yang dirilis militan Filipina. Dalam video ketiga yang dirilis bulan lalu, militan Filipina menetapkan tenggt waktu pada 8 April 2016, namun tidak menentukan uang tebusan. 

Sandera WNI

Reuters menyebutkan bahwa militan Abu Sayyaf juga menahan sejumlah warga asing lainnya, yakni satu orang asal Belanda, satu orang asal Jepang, empat warga Malaysia dan 10 WNI anak buah kapal yang diculik sejak pertengahan Maret lalu. 

Penculikan empat ABK WNI pada Jumat di perbatasan Malaysia-Filipina juga diduga dilakukan oleh Abu Sayyaf. 

Namun, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, enggan mengkonfirmasi bahwa 14 ABK WNI diculik oleh kelompok Abu Sayyaf. 

"Kalau lihat pola [penyanderaannya], memang serupa dengan yang selama ini dilakukan oleh Abu Sayyaf, tapi kami tidak pernah menyebutkan Abu Sayyaf sebagai kelompok penyandera," ujar Iqbal ketika dihubungi CNN Indonesia.com pada Sabtu (16/4). 

Iqbal juga menegaskan bahwa kelompok militan Filipina penyandera WNI tidak menetapkan tenggat waktu. 

"Kami tidak bicara soal tenggat waktu. Dalam diskusi dan upaya pembebasan sandera, tidak pernah dibicarakan soal tenggat waktu," ucap Iqbal. 

Kondisi keamanan terus bergejolak di wilayah selatan Filipina yang kaya sumber daya alam, terlepas dari pakta perdamaian antara pemerintah dan kelompok pemberontak Muslim terbesar pada 2014 lalu untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama 45 tahun. 

Pada Jumat sekitar pukul 18.30 waktu setempat, Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Crista dibakal kelompok militan Filipina dalam perjalanan dari Cebu, Filipina menuju Tarakan, Kalimantan. Pembajakan terjadi di perairan perbatasan Malaysia dan Filipina. 

Berdasarkan keterangan pers Kemenlu RI, terdapat 10 anak buah kapal berkewarganegaraan Indonesia dalam dua kapal yang dibajak. Satu di antaranya menderita korban luka tembak, sementara empat lainnya diculik. 

Satu ABK WNI yang tertembak berhasil diselamatkan leh Polisi Maritim Malaysia dan langsung dilarikan ke wilayah Malaysia yang terdekat. WNI itu langsung mendapat perawatan dan kondisinya dilaporkan cukup stabil hingga tengah malam lalu. 

Indonesia juga masih berupaya membebaskan 10 WNI anak buah kapal tongkang Anand 12 yang disandera kelompok militan Filipina. Mulanya, Kapal Anand 12 dan Brahma 12 yang membawa 7 ribu ton batu bara dan bertolak dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan menuju Filipina pada 15 Maret, dibajak di perairan Sulu pada 27 Maret. 

Kapal Brahma 12 kemudian dilepas dan kini berada di tangan otoritas Filipina. Sementara 10 WNI ABK Anand 12 hingga saat ini masih disandera militan Filipina yang meminta uang tebusan sekitar Rp15 miliar.

Pada awal April, Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi memamaparkan bahwa kapal Tongkang Anand 12 berhasil ditemukan di perairan Lahad Datu, negara bagian Sabah, Malaysia. Isi kapal tongkang tersebut dalam kondisi utuh. 

Pekan ini, penyergapan tentara Filipina ke markas kelompok militan di Pulau Basilan menyebabkan 18 tentara tewas dan melukai lebih dari 50 lainnya dalam penyergapan. Pihak militer Filipina mengklaim 28 militan tewas, termasuk seorang warga Maroko, dalam penyergapan ini.

Sumber http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160416104541-106-124335/militan-filipina-umumkan-tenggat-waktu-eksekusi-sandera-asing/

0 Response to "Militan Filipina Umumkan Tenggat Waktu Eksekusi Sandera Asing"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel