-->

Awal Mula Munculnya Syirik Uluhiyah dan Ibadah

Illustrasi
Barangkali awal munculnya kesyirikan dalam perkara uluhiyah dan ibadah bermuara dari sekte Syi'ah dengan berbagai aliran, paham, kelompok, dan sempalannya. Sesungguhnya paham Syi'ah dijadikan sebagai baju bagi setiap orang yang ingin menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Masuk dalam barisannya ialah aliran Batiniyah dengan berbagai pahamnya, semacam Isma'iliyah, Qaramitah, Nushairiyah, Ubaidiyah, dan Daruziyah, yang semuanya berada dibawah pemahaman Syi'ah.



Yang jelas bahwa kelompok Batiniyah adalah orang-orang yang menyekutukan Allah jalla wa 'ala dalam hal dzat, sifat, dan perbuatan -Nya. Mereka juga menyekutukan -Nya dalam peribadatan dan cara berhubungan dengan -Nya. Mereka telah memadukan seluruh kesesatan umat-umat terdahulu.  Pada satu sisi beraqidah Majusi murni, di sisi lain terang-terangan meninggalkan ajaran Islam secara parsial, sebagaimana mereka telah menetapkan adanya sekutu bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam perkara rububiyah, dalam urusan Dzat, begitu pula mereka menetapkan adanya sekutu bagi -Nya dalam perkara rububiyah yang berkaitan dengan sifat dan perbuatan -Nya.

Disamping itu mereka adalah para pengagung kubur dan penghuninya, senang membangun masjid  dan kubah diatas kubur, yang secara langsung mereka sedang menghidupkan kembali ajaran agama Yahudi dan Nasrani. Sehingga dijumpai pada tubuh umat ini sebagian orang-orang musyrik yang menyembah berhala dan mengagungkan kubur yang bisa diwakili oleh orang Rafidah, yang menghidupkan ibadah disamping kubur lalu meninggalkan masjid dan peribadatan didalamnya.[1]

Ambil contoh misalkan, salah satu kelompok sempalan Rafidah, yaitu aliran Isma'iliyah. Didalam menyebarkan aqidah dan ajarannya ke tengah-tengah masyarakat, mereka melakukan dengan cara rahasia dan sangat tersembunyi, sehingga mampu mengecoh banyak orang dalam perkara ini, disamping itu mereka begitu mengabaikan aturan syariat. Siasatnya dimulai dengan penampilan sebagai orang yang peduli dengan kubur, melindungi situs dan peninggalan nenek moyang, dengan melakukan doa disampingnya[2].

Lalu akhirnya, setan membawa orang-orang yang mengidolakan kubur untuk menjadikan penghuninya sebagai pemberi syafaat, selanjutnya di giring untuk berdoa langsung kepada orang mati, dan penghuni kubur. Lalu dibawa pada keyakinan kalau penghuni kubur memiliki peran didalam urusan mengatur alam, strategi itu dilakukan secara berangsur-angsur hingga akhirnya berhasil.

Salah seorang peniliti ketemporer menyatakan, "Sesungguhnya kelompok pertama yang bisa saya temukan dalam perkara kembalinya kaum muslimin kepada agama Jahiliah, dalam kenyakinan tentang roh dan kubur adalah dari kelompok Isma'iliyah. Lebih khusus aliran Ikhwanu Shafa'[3]. Sebuah kelompok rahasia yang sangat samar pergerakannya, yang keterangan aqidah dan pokok ajarannya menjadi lima puluh, dengan cara yang sangat rahasia, hingga tidak ada yang mengetahui siapa yang menulis dan yang mengarangnya, walaupun disana ada beberapa klaim.

Kemudian aqidah mengagungkan kubur ahli bait di jiplak oleh aliran al-Musiyun yang dijuluki dengan kelompok Itsna' Asyara (Imam dua belas)[4]. Para tokoh-tokohnya menulis buku-buku yang berkaitan tentang ibadah haji dan ziarah ke kubur ahli bait. Tata cara ziarah serta doa-doa yang dibaca ketika disamping kubur, menyandarkan riwayat-riwayat tersebut dengan cara dusta dan batil, kepada para imam ahli bait. Dan saya pernah melihat secara langsung sebuah buku karangan mereka yang berjudul 'Ziyaraat Kaamilah' yang ditulis oleh Ibnu Qulawaih[5], dalam bukunya tadi saya melihat banyak contoh-contoh apa yang saya sebutkan tadi.

Barangsiapa yang mau melihat pada warisan aliran Isma'iliyah dan pergerakan Ikhwanu Shafa' pada umat ini niscaya dirinya akan mendapatkan apa yang saya sebutkan sebagai contoh dihadapannya. Sebab manusia bisa terfitnah dengan beribadah kepada kubur serta menjadikan penghuninya sebagai pemberi syafaat dan wasilah belum diketahui sebelum mereka. Tatkala kebodohan menyebar ditubuh kaum muslimin yaitu sebelum berdirinya daulah Fatimiyah, kelompok ini mengenalkan perkara-perkara tadi ketengah-tengah kaum muslimin, hingga ketika daulah Ubaidiyah berkuasa, mulai banyak kubur orang sholeh yang dibangun dan diibadahi, lalu secara terang-terangan aqidah mereka disebarkan yang selama ini ditutupinya.

Dalam risalah yang ke empat puluh dari rasail Ikhwanu Shafa' sangat jelas menerangkan hal tadi, dan bukti autentik fakta kebenarannya. Para penulis rasail tersebut mengatakan, "Hal tersebut, karena kaum yang didatangi oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang beribadah kepada berhala. Mereka biasa mendekatkan diri kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan cara mengagungkannya, sujud, mengusap-usap dan membakar kemenyan disampingnya. Mereka meyakini bahwa hal tersebut menjadi ibadah utama yang akan mendekatkan diri kepada -Nya sedekat-dekatnya.

Patung adalah benda bisu yang tidak bisa bicara tidak pula membedakan, tidak punya perasaan, rupa dan tidak bisa bergerak. Makanya ketika melihat hal tersebut Allah Shubhanahu wa ta’alla membimbing mereka, dengan menunjukan kepada yang lebih lurus, lebih sesuai dengan pentunjuk, dan lebih layak dari pada berhala-berhala tersebut, yaitu dengan para Nabi. Walaupun hakekat mereka adalah manusia akan tetapi mereka hidup bisa berbicara dan lebih mulia dari para ulama sholeh, mereka bisa menyerupai para malaikat dengan jiwa-jiwanya yang suci, mengenal hak Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan sebenar-benarnya. Sehingga beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla melalui perantara mereka lebih utama, lebih pantas dan sesuai dengan petunjuk daripada bertawasul kepada berhala yang tidak bisa mendengar, dan melihat apalagi mengabulkan hajat yang memintanya.

Lalu ketahuilah wahai saudaraku! Bahwa diantara manusia ada yang mendekatkan diri kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla melalui para Nabi dan Rasul -Nya, melalui para imam setelah mereka dan ahli wasiatnya, atau melalui para wali dan orang-orang sholeh, atau melalui para malaikat terdekat. Dengan cara mengagungkan mereka, masjid-masjidnya serta nisan-nisannya. Mencontoh mereka dalam perilaku, mengamalkan isi wasiat dan sunah-sunahnya sesuai dengan kemampuan, berusaha untuk meniru, merealisasikan konsekuensinya dan menunaikan ijtihad mereka.

Maka bagi orang yang mengetahui Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan sebenar-benarnya niscaya dirinya tidak akan bertawasul dengan seorang pun, dan ini merupakan kedudukan para wali -Nya, adapun orang yang dangkal dalam pemahaman, pengetahuan dan hakekat -Nya, maka tidak ada sarana lain yang bisa mengantarkan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla melainkan harus dengan cara melalui para nabi -Nya.

Dan orang yang berada dibawahnya lagi dari segi kurang memahami, pengetahuan dan hakekat -Nya, maka tidak ada jalan yang bisa mengantarkan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla melainkan melalui jalan para imam dari kalangan pengganti para nabi dan ahli wasiatnya. Selalu mengaitkan hati dengan mereka, dengan pergi ke masjid-masjid dan nisan-nisan mereka, berdoa, sholat, puasa, memohon dan meminta ampun, rahmat, di sisi kubur mereka, dan disamping gambar-gambar foto mereka, untuk mengingatkan keteladanannya, dan mengenal perjuangannya, yang dibentuk serupa dengan patung dan berhala serta yang semisal dengannya dalam rangka mencari kedekatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla sedekat-dekatnya. Kemudian perlu diketahui, bahwa kondisi orang yang menyembah suatu benda lalu mendekatkan diri kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla melalui pintunya maka merupakan kondisi terbaik dari pada orang yang enggan melakukannya dan tidak mau mendekatkan diri melalui sarana semacam itu".[6]

Awal perkembangan aliran Batiniah ini bergeliat sekitar abad ketiga, dan tidak diketahui risalah-risalah tersebut, yang menjadi asas pemikiran dan ajarannya, yang kemudian menyebar ketengah masyarakat banyak melainkan pada abad ke empat hijriyah. Itupun dilakukan dengan cara sangat rahasia, lalu masuk pada rakyat jelata sehingga menjadi sebuah ideologi tersendiri yang terus membesar. Dan para ulama yang tinggal di masa itu telah banyak yang membantah bahaya pemikiran ini serta mengkafirkan para penganutnya.

Sebagaimana keterangan Ibnu Aqil[7], dimana pada abad ke lima hijriyah atas dukungan dan peran serta daulah Ubaidiyah, banyak sekali menyebarkan madzhab pemikiran sesat, yang berkeliaran, beliau menjelaskan, "Tatkala beban taklif syariat terasa berat bagi sebagian orang bodoh dan rakyat jelata, maka mereka mencoba mengganti syariat dengan membanggakan hukum bikinan yang mereka buat sendiri, dan terasa ringan baginya, karena tidak ada campur tangan dari yang lain yang mengusik mereka.

Maka menurut pendapat saya mereka adalah orang-orang yang telah keluar dari agama dengan sebab hukum bikinan yang mereka buat, semisal mengagungkan kubur, dan memuliakannya dengan perkara-perkara yang justru mereka telah dilarang  oleh syariat, semacam menyalakan lampu diatas kubur, mencium dan mengusap-usapnya, meminta kepada mayit kebutuhan-kebutuhan yang sedang mereka inginkan, menulis surat disampingnya, dengan mengatakan, wahai tuanku kabulkan untukku ini dan itu, melubangi pepohonan sama persis yang dilakukan oleh orang-orang yang dahulu menyembah Latta dan Uzza".[8]

Dari penjelasan yang cukup panjang ini kita jadi paham kalau kesyirikan kubur ditengah kaum muslimin berasal dari keyakinan-keyakinan aliran Batiniah yang disempalkan kedalam umat Islam. Yang sebelum munculnya firqah sesat ini belum tersebar aqidah semacam itu. Ini dari satu sisi, adapun dari sisi lain, bahwa banyak diantara buku-buku filsafat Yunani yang mendewakan patung dan kubur yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab, kemudian banyak orang yang mendalami ilmu filsafat tersebut hingga mereka berafiliasi menjadi filsafat Islam. Semisal, al-Farabi[9] yang telah kafir, Ibnu Sina al-Hanafi al-Qurmuthi[10], pembela kekafiran dan kesyirikan ath-Thusi[11], serta yang lainnya yang telah mengotak-atik agama Islam seperti sebuah permainan sebagaimana dahulu Paulus [12]mempermainkan agama Nasrani.

Banyak diantara mereka yang terpengaruh dengan pemikiran filsafat, lalu masuk diantaranya keyakinan tentang kubur, sehingga mereka menginovasi cara berdoa kepada penghuni kubur dan patung dengan cara filsafat yang mereka buat[13]. Banyak diantara ahli kalam dari kalangan Maturidiyah al-Hanafiyah[14] dan As'ariyah al-Kulabiyah[15] yang aqidah dan pemikirannya sejalan dengan filsafat Yunani. Dikarenakan mereka banyak membaca buku-buku filsafat, sehingga aqidahnya banyak terpengaruh dengan aqidah kuburiyah, hingga pada waktu yang bersamaan mereka menjadi para pemuja kubur yang sesat -sebagaimana akan datang penjelasannya-.

Inilah bagian dari sejarah, awal mula terjadinya kesyirikan dalam peribadatan dan uluhiyah yang terjadi di dalam tubuh umat ini. Yang semakin menegaskan bahwa kesyirikan dalam peribadatan belum ada pada abad pertama dan kedua hijriyah, namun, kejadiannya baru terjadi setelah para pelaku generasi ketiga yang mendapat rekomendasi kebaikan oleh Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam telah meninggal dunia.

Oleh karena ini Syaikhul Islam menjelaskan, "Sungguh berdirinya Khilafah Bani Abbas, mulai bermunculan ditengah-tengahnya beberapa kubur yang diagungkan di Irak atau selain Irak yang banyak menceritakan kedustaan. Tatkala terbunuhnya Husain di Karbala maka mereka membangun kubah diatas kuburnya sehingga banyak para pembesar dan penguasa yang mendatanginya. Sampai mereka banyak di ingkari oleh para ulama, hingga tatkala Khalifah Mutawakil mendatangi kubur tersebut maka para ulama sangat keras sekali mengecamnya.

Pada awal-awal kekuasaan Bani Abbas mereka begitu keras menolaknya, begitu pula tatkala kekuasaan mereka semakin kuat, maka pada saat itu tidak ada diantara mereka yang mengagungkan kubur. Baik kuburan yang benar ada penghuninya atau yang di dustakan ada penghuninya seperti yang terjadi setelah mereka. Karena Islam pada masa itu masih dalam kekuatannya dan sangat keras memerangi perbuatan tersebut. Sehingga tidak ada pada masa Sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in yang melakukan hal tersebut dinegeri-negeri Islam. Justru perbuatan tersebut terjadi setelah masa mereka berakhir.

Kejadiannya muncul dan menyebar tatkala kekuatan Khilafah Bani Abbas semakin melemah, terus ditambah perpecahan yang terjadi ditubuh kaum muslimin, banyaknya orang-orang zindik yang telah memperdaya kaum muslimin, ucapan ahli bid'ah telah mencerai beraikan mereka, yaitu pada saat kekuasaan dipegang Muqtadir pada akhir-akhir tahun tiga ratusan. Sesungguhnya pada saat itu mulai muncul aliran Qaramitah, Ubaidiyah, Qadahiyah di negeri muslimin belahan barat, kemudian mereka datang ke negeri Mesir".[16]

Setelah kita mengetahui akar kesyirikan dalam peribadatan didalam tubuh kaum muslimin, maka selanjutnya kita akan menerangkan tentang tersamarnya perkara syirik ini sehingga ada yang terjerumus kedalamnya dari kalangan orang yang telah dikenal dengan keilmuaan dan keutamaanya. Lalu apa sikap dan tindakan para ulama salaf didalam menghadapi seluruh kesyirikan yang terjadi tersebut.

[1] . Ziyaratul Qubur hal: 20 oleh al-Barkawi.

[2] . Lihat Isma'iliyah Mu'ashirah hal: 135 oleh al-Juwaihir.

[3] . Ikhwanu Shafa sebuah kelompok dari Isma'iliyah Batiniyah. Mereka menulis risalah yang lebih dikenal dengan Rasa'il Ikhwanu Shafa yang berjumlah lebih dari lima puluh tajuk rencana. Dikatakan oleh Abu Hayan at-Tauhidi sebagian nama-nama mereka dalam bukunya al-Muqabisaat. Lihat pula buku yang menyibak hakekat mereka yang ditulis oleh D. Umar Dasuki dalam bukunya Ikhwanu Shafa. Dan buku Harakaat Batiniyah fii Alamil Islam Aqaiduha wa Hukmul Islam fiiha hal: 169-175 oleh D. Muhammad Ahmad al-Khatib.

[4] . Hadzihi Mafahimuna hal: 99-100 oleh Syaikh Sholeh bin Abdul Aziz Alu Syaikh.

[5] . Dia adalah Ja'far bin Musa bin Qulawiyah al-Qumi, Abul Qasim, Ulama Syi'ah yang banyak ikut serta dalam berbagai ilmu. Meninggal pada tahun 368 H. Lihat biografinya dalam Mu'jamul Mu'alifin 3/146 oleh Umar Ridha Kahalah.

[6] . Rasa'il Ikhwanu Shafa 4/19-21.                  

[7] . Beliau adalah Ali bin Aqil bin Muhammad bin Aqil al-Baghdadi al-Hanbali. Kunyahnya Abul Wafa. Dikatakan oleh Dzahabi, "Imam, al-Allamah, lautan ilmu, Syaikhnya Hanabilah". Meninggal pada tahun 513 H. Lihat biografinya dalam Siyar a'lamu Nubala 19/443-451 oleh Dzahabi.

[8] . Dinukil oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab Mufid Mustafid fii Hukmi Tariki Tauhid (dalam kandungan aqidah muwahidin) hal: 64. Sebagaimana dinukil oleh al-Ma'shumi dalam bukunya Hukmullah wahid fii Hukmi Thaalib minal Mayit hal: 44. Dan ucapan Ibnu Aqil bisa ditemui dalam buku Ighatsatul Lahfan 1/695 karangan Ibnu Qayim.

[9] . Dia adalah Abu Nashr, Muhammad bin Muhammad bin Tharhaan yang dijuluki dengan guru kedua. Meninggal pada tahun 339 H. Sedangkan guru pertama menurut mereka adalah Aristoteles. Dia adalah salah seorang ulama besar pengikut Atheis, zindik, yang mempermainkan ajaran agama Islam. Dirinya mengaku bahwa Filosof lebih sempurna dari pada seorang nabi. Syaikhul Islam mengatakan tentang mereka sebagai orang kafir dan menyesatkan. Dia adalah syaikh ahli filsafat, dari buku-bukunya Ibnu Sina banyak mengambil dan terpengaruh pemikirannya. Kekufurannya begitu jelas, seorang pengagung kubur dan patung. Lihat sepak terjangnya dalam kitab Majmu fatawa 2/67, 86, Dar'u Ta'arudh 1/10, keduanya karangan Ibnu Taimiyah. Dan Ighatsatul Lahfan 2/672-627 oleh Ibnu Qayim.

[10] . Dia adalah Abu Ali, Husain bin Abdullah, Hanafi sebagai madzhabnya, dan Qurmuthi sebagai kecendurangannya. Beraqidah Batiniah, pengagung kubur, pemuja berhala, zindik, atheis, filosof, dijuluki dengan ketua, meninggal pada tahun 428 H. Dirinya berbuat dalam agama Islam sama seperti perilakunya Paulus ketika merubah agama Nasrani. Dikatakan oleh Ibnu Shalah (wa 643 H), "Termasuk setan dari kalangan manusia". Lihat biografinya dalam al-Jawahir al-Madhiyah 2/63-64 oleh Abdul Qadir al-Quraisy. Lihat kesesatan dan kekufurannya yang dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu Fatawa 9/134, Dar'u Ta'arudh 1/8-11, Radd 'ala Mantiqiyin hal: 278-27. Ighatsatul Lahfan 2/673-674, Qasidah Nuniyah hal: 43 keduanya oleh Ibnu Qayim. Siyar a'lamu Nubala 17/531-536 oleh Dzahabi. Bidayah wa Nihayah 12/43 oleh Ibnu Katsir.

[11] . Dia adalah Muhammad bin Hasan, yang lebih dikenal dengan Khajah Nasirudin. Seorang Filosof, atheis, zindik, pengagung kubur, pemuja patung dan tukang sihir. Menggagas Isyaratnya Ibnu Sina sebagai al-Qur'an, tapi tidak mampu. Dia berkata, "Isyarat tersebut adalah al-Qur'annya Khawas (orang-orang khusus) sedangkan yang ada sekarang miliknya orang awam". Menganggas untuk merubah sholat lima waktu menjadi dua sholat, meniadakan adzan, merubah kiblat ke arah selatan. Seorang tukung sihir yang menyembah berhala. Sebagai menteri pada penguasa atheis Tartar, sikap dan perilakunya banyak yang bertentangan dengan Islam dan kaum muslimin, meningkari hari kebangkitan, hingga menulis sebuah buku tentang itu yang berjudul Mushara'atul Mushara'ah sebagai bentuk bantahan kepada kitab yang dikarang oleh Ibnu Rusyd yang menentang Filsafat, berjudu Mushara'atul Falasifah.

Ringkasnya, dia adalah seorang atheis yang mengingkari adanya tuhan, rasul, malaikat, kitab, dan hari akhir, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qayim dalam kitabnya Ighatsatul lahfan 2/672-676 dan Shawa'iqul Mursalah 2/790. 1077, 2078. Syarh Aqidah Nuniyah 1/158-159 oleh al-Haras. Dar'u Ta'arudh 5/67-68 oleh Ibnu Taimiyah. Syadzratu Dzahab 5/339-340 oleh Ibnu Ma'ad.

[12] . Dia adalah Saul seorang Yahudi. Lahir di Thurtus, warga negara Romania, seorang yang memusuhi agama Nasrani, lalu pura-pura masuk Nasrani. Lihat keterangan lebih lanjut dalam kitab Da'ratul Ma'arif 5/701 oleh Petrus Bustani.

[13] . Mayoritas perbuatan syirik dalam ibadah dilakukan dengan cara mengambil wasilah, dan wasilah yang ada dalam filsafat Yunani ialah seperti yang dinukil oleh Imam Ibnu Qayim dari para pembesarnya, "Ziyarah (kubur) yang paling sempurna ialah dengan menghadapkan roh dan hati kepada si mayit, duduk disamping kubur dengan penuh kesungguhan, menghadapkan seluruh tujuan dan harapan padanya, dimana tidak menyisakan ruang dalam hati kepada selainnya, karena setiap kali hati dan kesungguhan itu semakin sempurna menghadap padanya, niscaya akan lebih banyak memberi faidah". Cara ziyarah semacam telah disebutkan oleh Ibnu Sina dan al-Farobi serta filosof lainnya. Mereka sangat jelas dalam kekufurannya seperti para pemuja bintang ketika sedang melakulan ritual ibadah". Ighatsatul Lahfan 1/249 oleh Ibnu Qoyim.

[14] . Mereka adalah para pengikut Abu Manshur Maturidi, al-Hanafi, al-Jahmiyah. Meninggal pada tahun 333 H. Lihat biografinya dalam kitab Mu'jamul Mu'alifin 11/300 Oleh Umar Ridah Kahalah.

[15] . Mereka adalah para pengikut Imam Abu Hasan al-Asy'ari, pada fasenya yang kedua. Adapun Kulabiyah maka nisbat kepada Ibnu Kilab yang telah kita jelaskan biografinya sebelum ini.


Diambil dari e-book "Akar Kesyirikan Dalam Asma dan Shifat Allah". Dinukil dari Buku: “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” (2/647-679) oleh Syaikh  Abu Bakar Muhammad Zakaria.

0 Response to "Awal Mula Munculnya Syirik Uluhiyah dan Ibadah"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel