-->

Peran Ulama dalam Memberantas Praktek Syirik dan Penyelewengan Aqidah

Illustrasi khutbah jum'at
Jurnalmuslim.com - Sungguh benar kabar gembira kenabian yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «  يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين وتأويل الجاهلين » [أخرجه ابن بطة في الإبانة ]

"Ilmu ini akan dipikul dari setiap generasi orang-orang yang adil, yang akan memurnikan penyelewengan dari orang-orang yang melampaui batas dan perusakan dari orang yang batil serta penyimpangan dari orang bodoh".[1]




Sesungguhnya, manakala muncul berbagai perilaku kesyirikan baik dalam masalah sifat maupun perbuatan Allah Shubhanahu wa ta’alla, yaitu dimasa sebagian sahabat kecil, mereka sudah berdiri tegak sebagai benteng kokoh yang menghalau perbuatan syirik tersebut, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Umar dan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhum tatkala menentang syirik Qadariyah. Dan kedunya menjelaskan bahwa tidak ada keimanan tidak pula tauhid bagi orang yang tidak mau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk, takdir yang enak ataupun yang pahit.

Demikian pula tatkala muncul syirik ta'thil dengan menafikan sifat-sifat Allah azza wa jalla dan menafikan beberapa perkara rububiyah, maka para tabi'in serta orang-orang yang mengikuti mereka dari kalangan para ulama ahli hadits bangun untuk melawan keyakinan-keyakinan menyimpang ini dengan menjelaskan sebaik-baik penjelasan. Dimana ada sebagian mereka yang menulis buku secara khusus sebagai bantahan untuk membela aqidah tauhid dan menjelaskan hakekat kesyirikan. Dan sebagian mereka ada yang mengumpulkan ucapan para ulama salaf dalam sebuah kitab yang berkaitan dengan masalah aqidah.

Pada tahun kedua hijriyah misalkan, para ulama telah banyak membantah berbagai perilaku kesyirikan yang dituangkan dalam tulisan-tulisan mereka. Baik tulisan yang terkandung dalam buku-buku hadits atau tulisan-tulisan yang memang membahas secara tersendiri dalam masalah ini. Dan barangkali orang pertama yang menulis kitab yang berkaitan dengan masalah ini ialah sebuah tulisan yang dinisbatkan pada Imam Abu Hanifah rahimahullah yang berjudul Fiqhul Akbar, walaupun ada sedikita catatan yang perlu dikoreksi dalam masalah aqidah, didalam buku tersebut Imam Abu Hanifah mencantumkan aqidah ahlu sunah secara global, dan membantah para pelaku kesyirikan yang telah menta'thil sifat-sifat Allah azza wa jalla.

Pada waktu yang bersamaan ada beberapa ulama yang mengumpulkan hadits-hadits serta atsar secara bersambung sanadnya dalam masalah aqidah ahlu sunah, diantaranya Hamad bin Salamah (w 176 H). Abdurahman bin Mahdi (w198 H), serta sederat ulama lainnya. Dalam rangka menjaga kemurnian aqidah dan membantah keyakinan syirik ta'thil yang menyebar pada masa tersebut dan mereka yang hidup sezaman dan menjumpai masa perkembangan aqidah batil tersebut, yaitu menta'thil beberapa sifat Allah azza wa jalla.

Tidak ketinggalan Imam Syafi'i (w 204 H) juga menulis sebuah buku yang dinisbatkan padanya berjudul Fiqhul Akbar. Didalam buku tersebut beliau memperingatkan umat tentang bahaya dan ancaman berbagai jenis kesyirikan ta'thil. Inilah beberapa karangan para ulama yang hidup pada generasi pertama yang menulis secara khusus tentang masalah ini, sebagian tulisan-tulisan tadi sampai sekarang ada, namun sebagian yang lain hilang tidak diketahui di mana rimbanya.

Kemudian datang generasi setelahnya yang menulis buku secara spesifik dalam bab aqidah dengan sedikit ringkas dan rinci sambil dibarengi dalil al-Qur'an maupun hadits-hadits Nabi serta atsar para ulama salaf, tepatnya pada abad ke tiga hijriyah, baik tulisan yang membawa judul dengan nama Iman atau dengan nama Sunah. Lalu dipenghujung abad ke tiga hijriyah dan masuk diawal abad ke empat buku yang membicarakan tentang aqidah menggunakan istilah penamaan Tauhid kemudian Syari'ah. Setelah itu dengan istilah Aqidah dan Ushuludin.

Para penulis dari kalangan salaf sholeh yang hidup pada masa ini, semuanya menyebutkan dalam tulisan-tulisan mereka peringatan agar tidak terjerumus dalam kesyirikan, baik syirik yang berkaitan dengan menta'thil nama-nama Allah Shubhanahu wa ta’alla, sifat-sifat -Nya, atau yang berkaitan dengan perbuatan -Nya.  Dimana mereka memulai tulisannya dengan mengingatkan manusia dari bahaya pemikiran Jahmiyah, Qadariyah, Mu'tazilah, Asya'irah, Maturidiyah, Itihadiyah dan firqah sesat lainnya.

Sebagaimana ditulis ditengah-tengah itu buku-buku yang membantah sebagian firqah sesat, seperti kitab ar-Radd 'ala Jahmiyah yang ditulis oleh Imam Darimi, kitab ar-Radd 'ala Bisyir Mirisi yang keras kepala yang juga ditulis oleh beliau, kitab Khalqu Af'aalil Ibaad yang ditulis oleh Imam Bukhari, serta buku-buku lain yang ditulis oleh para ahli hadits yang kapabel.

Selain itu juga muncul peringatan dari para ulama tentang beberapa firqah yang telah keluar dari syariat Islam dengan sebab sikap ekstrim, melampaui batas dan meremahkan syariat Islam. Semua itu masuk dalam kategori usaha keras yang dikerahkan oleh para ulama salaf untuk memperingatkan umat dari bahaya syirik ta'thil dengan berbagai macam jenisnya.

Adapun usaha keras para ulama melawan kesyirikan yang membikin tandingan bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam masalah rububiyah, begitu pula kesyirikan peribadatan dan hubungan hamba bersama Rabbnya, bisa dilihat dalam penjelasan dan peringatan-peringatan para ulama salaf yang dituangkan dalam tulisan-tulisan yang berkaitan dengan aqidah dan syariat. Begitu juga, tidaklah dijumpai sebuah kitab dari buku-buku fiqh dari kalangan empat madzhab melainkan disinggung masalah ini.

[1] . HR Ibnu Bathah dalam kitabnya al-Ibanah no: 33. dengan sanad hasan.

Diambil dari e-book "Akar Kesyirikan Dalam Asma dan Shifat Allah". Dinukil dari Buku: “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” (2/647-679) oleh Syaikh  Abu Bakar Muhammad Zakaria.

0 Response to "Peran Ulama dalam Memberantas Praktek Syirik dan Penyelewengan Aqidah"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel